Pembelajaran Jarak Jah (PJJ) telah
berjalan leih dari satu tahun. Selama itu pula tenaga pendidik atau guru
berusaha untuk memaksimalkan program pendidikan yang dilaksanakan dengan
berbasis sekolah online.
Di sisi lain, dari pihak orang tua
yang juga merangkap tugas baru sebagai wakil guru selama belajar di rumah mau
tidak mau harus menyesuaikan diri dengan pola kebiasaan baru ini.
Tidak jarang ketika sudah jenuh dengan
serangkaian proses belajar di rumah yang kadang kala kurang efektif dan
interaktif, anak menjadi bosan dan mulai berperilaku seakan-akan mogok belajar.
Terlebih ketika si kecil sedang menempuh jenjang pendidikan awal sekolah dasar
(SD).
Kebiasaan belajar yang sudah lama
terbangun di sekolah sangat identik dengan belajar bersama atau belajar
kelompok dan juga berinteraksi secara langsung dalam praktik tugas bersama
teman-teman. Namun setelah dihadapkan dengan pembelajaran daring yang sudah
setahun dijalani, tidak dapat dipungkiri bahwa anak bosan, sekalipun diberi
kesempatan belajar kelompok lewat video conference atau dengan platform
yang lain.
Jika menemui keadaan seperti ini,
orang tua diharapkan untuk memberikan perhatian lebih kepada anak selama masa
pembelajaran jarak jauh (PJJ). Orang tua juga dituntut untuk menjadi figure
pendidik yang kreatif selama menjadi wakil guru di rumah. Pendampingan belajar
pada mulanya dapat dimulai dengan membangun interaksi dan komunikasi yang baik
dengan si kecil. Hal ini ditujukan untuk menumbuhkan kembali interaksi fisik
yang biasa dilakukan ketika sedang belajar di sekolah.
Namun jika perilaku mogok sekolah
atau school refusal sudah mulai terlihat. Yuk coba kenali dulu
tanda-tandanya!
MOGOK SEKOLAH (SCHOOL REFUSAL)
School refusal adalah masalah
emosional muncul dalam bentuk ketidakinginan anak untuk menghadiri sekolah
dengan menunjukkan gejala fisik (seperti psing, tidak enak badan, dan lainnya),
yang disebabka
n oleh kecemasan, pengalaman negatif
di sekolah atau karena masalah keluarga.
Mogok sekolah atau school refusal merupakan
keadaan atau kondisi ketika anak mulai menunjukkan penolakan (yang berlebihan)
untuk pergi ke sekolah (menghindari dari berbagai kegiatan sekolah). Misal
ketika ia menolak untuk mengikuti kelas pelajaran tertentu.
Penolakan dalam bentuk mogok seperti
ini merupakan respon yang muncul sebagai suatu pertahanan diri yang dilakukan
oleh anak terhadap suatu masalah yang dialaminya (dalam setting sekolah atau
pendidikan).
Kenapa anak bisa mogok sekolah?
Alasan yang ada akan sangat beragam.
Jadi, sudah sebaiknya orang tua menanyakan atau mencari tahu penyebabnya secara
jelas ketimbang memberikan judgement atau menghukum anak secara berlebihan atas
perilaku mogok sekolah yang sedang dilakukan. Karena memang bisa jadi anak
memutuskan untuk mogok sekolah karena tertekan, tidak nyaman, bosan, atau
karena beberapa alasan lainnya.
Ada beberapa setting faktor yang bisa
saja menjadi penyebab munculnya perilaku mogok sekolah atau school refusal.
Faktor Psikologis
Perilaku mogok sekolah bisa saja
menjadi salah satu tanda bahwa anak sedang mengalami masalah pada ranah
psikologisnya. Tentu ada beragam alasan seperti tertekan, academic burn out,
bosan atau jenuh, cemas dengan tugas, dan lain sebagainya. Kemudian mogok sekolah
menjadi alternatif yang dirasa benar. Anak akan memilih tetap berada di rumah
ketimbang berangkat atau mengikuti kegiatan belajar yang bisa saja menjadi
sumber stressornya.
Faktor
Belajar
Ketika anak
menemui kesulitan dalam belajar, baik itu memahami materi, mengerjakan soal,
atau tugas-tugas yang lainnya, hal tersebut akan membuat anak tertekan, takut,
dan cemas yang akhirnya dapat mendorong anak untuk melakukan mogok belajar.
Faktor
Lingkungan Sosial
Pentingnya peranan lingkungan sosial juga
mengambil andil besar dalam proses belajar anak. Kesulitan beradaptasi atau
bergaul, bullying, dan hal-hal lainnya akan berdampak pada semangat belajar.
Faktor-faktor diatas bisa saja
menimbulkan perilaku malas belajar, tidak bersemangat, tertekan, hingga yang
paling parah adalah mogok sekolah.
Kalau anak sudah mulai menunjukkan
tanda-tanda mogok sekolah, orang tua perlu mengambil langkah yang bagaimana?.
Pertama-tama, kenali dulu penyebab mogok sekolah yang sedang dilakukan oleh
anak. Ini merupakan tahap penting, karena anak perlu didengarkan. Jangan sampai
orang tua justru memberikan judgement kepada anak dan bukan malah mengetahui
alasannya secara jujur.
Kemudian, sebisa mungkin hindari
untuk memarahi anak. Terlebih ketika orang tua sudah memberi ancaman seperti
memukul atau melakukan tindakan kekerasan lainnya. Model punishment seperti ini
tidak akan membantu orang tua untuk mengetahui alasan atau faktor penyebab
perilaku mogok sekolah.
Yuk coba untuk mulai melakukan pendekatan dengan si kecil.
Komunikasikan dengan Anak
Tunjukkan sikap simpati dan empati
kepada anak agar merasa dicintai dan diperhatikan. Mulailah untuk mengajak anak
berkomunikasi mengenai problem sekolah yang sedang dihadapinya. Dengan
pendekatan yang tepat, anak akan terbuka dan berani mengutarakan semua masalahnya
karena tidak ketakutan terhadap konsekuensi hukuman yang diberikan orang tua.
Orang tua harus memposisikan diri
sebagai teman mendengar dan mengajak anak berdiskusi untuk menyelesaikan
masalah mogok sekolah.
Jangan Menghakimi
Jika komunikasi antara anak dan orang
tua sudah terjalin baik, mulailah mendengar pengakuannya. Tetap tenang dan
jangan menghakimi anak karena mereka sudah jujur mengutarakan masalah belajar
yang sedang dihadapi. Jika orang tua tetap bersikap tenang dan dapat meregulasi
emosi dengan baik, anak akan merasa diterima dan didengar. Dengan begitu,
mereka akan merasa lega dan tenang pula. Jadi, baiknya orang tua menunjukkan
sikap yang positif dan tetap mengasihi anak karena sudah jujur dan mau bercerita.
Support Positif
Ketika anak sedang mengalami masalah
dan mencoba untuk menghadapinya, sudah semestinya orang tua hadir dan memberikan
dukungan yang bersifat positif kepada anak. Tak perlu bingung, cukup tunjukkan
sikap yang lunak dan menenangkan. Orang tua juga bisa mengajak anak berdiskusi
dan mengajak anak berpikir mencari jalan keluar dari masalah belajar yang
sedang dihadapi.
Buat Jadwal
Orang tua bisa mulai mengajak anak untuk
membuat jadwal rutinitas. Misalnya jadwal belajar, bermain, dan istirahat.
Dengan pola habit yang teratur, anak
akan dilatih disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab.
Namun bukan berarti anak harus selalu
tegang dan tidak bisa berkegiatan secara fleksibel. Orang tua juga perlu
memperhatikan jika anak sudah jenuh dengan rutinitas, diperlukan jeda untuk
istirahat.
Tetap berkomunikasi dengan pihak sekolah
Komunikasikan kesulitan atau masalah
yang dialami anak selama sekolah online agar orang tua dapat memperkirakan Tindakan
yang membantu anak menyelesaikan masalah belajarnya selama di rumah.
Minta Bantuan
Jika anak mengalami kesulitan belajar
karena harus belajar sendiri, orang tua perlu membuka mata dan menyadari bahwa
anak mengalami kesulitan belajar. Anak butuh bantuan dan bimbingan belajar dari
orang tua atau pihak lain yang dapat membantu seperti guru les atau tentor.
Urgensi les privat selama pandemi
sangat dibutuhkan sebagai upaya pendampingan belajar yang lebih mudah dan
efisien. Orang tua tidak perlu lagi pusing membagi waktu untuk bekerja dan
memberikan bimbingan belajar pada anak.
Dengan les privat, kemudahan dan berbagai keuntungan akan didapat orang tua dan anak. Orang tua dapat tetap mengontrol kemajuan anak dalam belajar. Anak juga akan lebih enjoy dan mengerti karena didampingi oleh guru les atau tentor yang ahli.
Guru les privat yang professional dan
sudah berpengalaman dapat menyesuaikan diri dengan gaya belajar masing-masing
anak. Untuk itu, para orang tua tenang saja. Mereka akan belajar dengan santai
namun tetap berprogres dalam berprestasi.
Cukup klik DISINI dan duduk
manis. Tentor Bimbel AIO Privat akan datang ke rumah untuk memulai sesi belajar
dengan si kecil!
0 Komentar untuk "Les Privat Semarang | Mogok Sekolah"