Prokrastinasi tidak selalu terlihat seperti
bermalas-malasan. Kadang, ia berwujud kesibukan semu — sibuk melakukan banyak
hal, tapi bukan hal yang benar-benar penting. Multitasking saat belajar adalah
salah satu contohnya.
Berikut adalah lima alasan kenapa multitasking saat belajar
sebaiknya dihindari, beserta dampaknya yang sering tidak disadari.
1. Multitasking mengurangi kualitas fokus
Saat belajar sambil membuka ponsel, mendengarkan musik
dengan lirik, atau membuka beberapa tab browser yang tidak relevan, fokus
menjadi terpecah. Otak dipaksa berpindah-pindah tugas (task switching) dalam
waktu singkat, yang justru menguras energi mental lebih banyak dibanding
mengerjakan satu hal secara penuh.
Setiap kali fokus berpindah, otak membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri kembali ke tugas utama. Proses ini membuat kecepatan belajar
melambat dan hasil pemahaman tidak maksimal. Walau terlihat sibuk, sebenarnya
yang terjadi hanyalah kehilangan kedalaman dalam belajar.
Inilah alasan multitasking sering disebut sebagai
prokrastinasi terselubung. Bukannya mengerjakan prioritas, otak malah mencari
“pelarian” kecil lewat distraksi yang terlihat seperti produktivitas.
2. Menurunkan daya ingat jangka panjang
Penelitian menunjukkan bahwa memori bekerja lebih optimal
ketika seseorang belajar dengan fokus tunggal. Saat perhatian terbagi,
informasi yang diterima hanya tersimpan di memori jangka pendek.
Akibatnya, materi yang dipelajari cepat terlupa. Misalnya,
saat mempersiapkan ujian, multitasking membuat konsep sulit diingat meskipun
sudah dibaca berulang kali. Hal ini terjadi karena proses pengkodean informasi
ke memori jangka panjang (encoding) terganggu oleh gangguan fokus. Dengan kata
lain, multitasking saat belajar adalah seperti menuangkan air ke gelas yang
retak — sebagian besar akan terbuang sebelum sempat digunakan.
3. Membuat proses belajar lebih lama dan melelahkan
Banyak yang mengira multitasking mempercepat pekerjaan.
Kenyataannya, waktu belajar justru membengkak. Setiap kali fokus terganggu,
otak memerlukan waktu tambahan untuk kembali ke alur berpikir sebelumnya
(refocusing).
Akumulasi waktu yang terbuang ini sering kali tidak terasa,
namun jika dihitung, total durasi belajar bisa menjadi dua kali lebih lama.
Belum lagi efek sampingnya: tubuh dan pikiran menjadi cepat lelah, bahkan
sebelum materi selesai dipahami.
Kelelahan ini memicu lingkaran setan prokrastinasi. Saat
merasa lelah, belajar kembali ditunda, lalu mencoba “mengganti” waktu yang
hilang dengan multitasking lagi, yang akhirnya hanya memperburuk situasi.
4. Meningkatkan risiko kesalahan
Multitasking juga meningkatkan risiko salah memahami materi.
Perhatian yang terpecah membuat detail penting terlewat atau dipahami secara
keliru. Kesalahan ini baru akan terlihat ketika mengerjakan latihan atau ujian,
dan memperbaikinya sering kali memakan waktu lebih lama daripada jika dari awal
fokus penuh.
Misalnya, saat mengerjakan soal matematika sambil membuka
pesan di ponsel, rumus yang seharusnya digunakan bisa salah teringat. Atau
ketika membaca teks bahasa Inggris sambil mendengarkan musik, arti kata bisa
disalahpahami.
Kesalahan-kesalahan ini sering dianggap sepele, padahal
dapat memengaruhi hasil belajar secara signifikan. Di sinilah terlihat bahwa
multitasking bukan hanya memperlambat, tetapi juga berisiko merusak kualitas
hasil belajar.
5. Menyamarkan prokrastinasi dalam bentuk sibuk
Salah satu tanda prokrastinasi adalah melakukan banyak hal
kecil untuk menghindari satu hal besar yang lebih penting. Multitasking sering
menjadi kedok sempurna untuk ini.
Misalnya, seseorang menyiapkan meja belajar sambil menonton
video hiburan, membuka buku tapi juga sambil membalas pesan teman, atau membaca
materi sambil terus memeriksa notifikasi. Semua itu terasa seperti belajar,
padahal fokus utama hanya disentuh sebentar-sebentar. Kondisi ini berbahaya
karena memberikan ilusi kemajuan. Padahal, yang terjadi hanyalah menunda kerja
mendalam (deep work) yang dibutuhkan untuk memahami materi secara tuntas.
Multitasking saat belajar mungkin terlihat produktif, namun
pada kenyataannya ia adalah bentuk penundaan terselubung yang bisa menghambat
kemajuan. Dampaknya tidak main-main: menurunkan fokus, melemahkan daya ingat,
memperlama waktu belajar, meningkatkan kesalahan, dan menyamarkan prokrastinasi
dalam bentuk sibuk.
Solusinya adalah membangun kebiasaan belajar dengan satu
fokus penuh. Matikan distraksi, tetapkan tujuan yang jelas untuk setiap sesi
belajar, dan selesaikan satu tugas sebelum beralih ke tugas lain. Dengan
begitu, setiap jam belajar akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan
hasil yang lebih memuaskan.
Belajar fokus tanpa multitasking memang butuh strategi,
terutama bagi siswa yang mudah terdistraksi. Bimbel AIO Privat siap membantu
mengarahkan belajar agar terstruktur, efektif, dan bebas dari kebiasaan yang
menghambat.
✅ Guru berpengalaman yang
memahami karakter belajar siswa
✅ Metode pembelajaran personal
yang disesuaikan kebutuhan dari hasil asesmen
✅ Jadwal fleksibel mengikuti ritme
dan rutinitas
✅ Materi pembelajaran yang
terarah dan fokus
✅ Hasil belajar terukur dan
signifikan. Plus sesi evaluasi dari tutor
✅ JAMINAN HARGA TERMURAH
Belajar jadi lebih fokus, efektif, dan menyenangkan bersama
Bimbel AIO Privat.
Konsultasikan ke admin kami melalui Whatsapp 0816853042
0 Komentar untuk "Hindari Multitasking Saat Belajar: Bisa Jadi Salah Satu Bentuk Prokrastinasi"